Cerita tentang Kejujuran
Berkaitan dengan Etika sih
sebenarnya
Nah, kisahnya ini tentang
seorang penjual susu yang terkenal jujur sih di sekitaran rumah dan di
daerahnya. Dia ini seorang laki-laki dan belum menikah. Ia berasal dari
kalangan orang miskin, ayahnya juga udah meninggal loh teman-teman sejak ia
masih kecil dulu dan ibunya sudah sangat tua dan sangat sulit lagi bekerja. Dari
dulu sebenarnya ia sudah terbiasa bekerja untuk menghidupi kehidupan ia dengan
ibunya.
Tau gak dia sebenarnya dulu pernah
menyukai seorang gadis di sekolahnnya, tapi sayangnya gadis itu menolak dia
dengan mengatakan “ Kau itu udah penjual
susu keliling, bau, miskin, tidak punya apa-apa berani menyukai gadis seperti
saya ini yang berasal dari golongan atass. Mikir dulu kalau suka ya.” Dari
situ ia berpikir-pikir untuk menyukai seseorang dan dari situ ia mulai
mengenyampingkan pernikahan.
Suatu hari di saat pagi ibunya
meminta ia supaya cepat-cepat menikah karena kondisi ibunya yang sudah tua dan
sangat susah mempertahankan kesehatannya.
“Nak, engkau tau kalau ibu ini
sangatlah tua dan tidak sebentar lagi akan pergi jadi cepatlah untuk menikah
agar ibu sempat melihat menantu dan cucuku.”
“Baiklah ibu” jawab sang anak
dengan perasaan yang sedikit sedih mengingat apa yang pernah dialami dulu.
“Ibu tapi jagalah kesehatanmu
dan berdoalah untuk anakmu untuk mendapatkan seorang gadis baik yang kelak akan
menjadi menantumu. Seorang gadis yang tidak sombong dan patuh suaminya, Ibu. “
tambah sang anak sebelum ia mulai bekerja
“Ibu selalu mendoakan yang
terbaik bagimmu, Anakku.”
Sang anak pergi ke tempat ia sering mengambil
susu untuk dijualnya. Kali ini ia hanya mengambil sedikit dari biasanya. Kemudian
ia pergi mengantarkan susu itu ke tempat biasa. Di tengah jalan ia menemukan
dompet yang terjatuh. Tanpa berpikir panjang ia mengambil dompet itu dan
melihat isinya. Teman-teman di dompet itu banyak uang loh, maklumlah yang punya
kan orang kaya.
Perjalanan
mau mengantarkan susu ke tempat lain ada bisikan iblis.
“Ayolah
ambil, gak ada yang tau kok. Toh kamu juga baru kali ini nyuri. Sekali-kalikan
gakpapa. Toh yang kamu buat gak bakalan nutupin kebaikan kamu itu yang banyak
itu. Inget juga ibu kamu yang lagi sakit di rumah.”
Pemuda tergoda dengan bisikan iblis dan ia
mengambil beberapa lembar uang itu dan pergi ke toko obat untuk membeli obat
ibunya.
Saat
ia ingin pulang ke rumahnya, ia mulai menyesali apa yang telah ia lakukan, apa
yang telah ia ambil.
“Ini
bukan milikku, lalu mengapa aku menggunakannya? Sungguh bodoh aku, mau
mengikuti bisikan iblis itu.” penyesalan mulai datang kepada pemuda itu.
“Aku
harus mengembalikan dompet ini dan mengaku salah karena telah mengambil uang
yang bukan milikku. Aku harus menjelaskan apa yang telah kuperbuat.” Pikir sang
pemuda sembari membuka dompet itu melihat siapa pemilik dompet itu.
Sang
pemuda akhirnya mengetahui pemilik dompet itu dan mulai berjalan ke tempat
pemiliknya itu. Dengan niat dan keberanian ia masuk ke rumah sang pemilik.
Tok tok
tok......... (suara ketukan pintu ceritanya)
“Ya,
tunggu sebentar.” Terdengar suara dari dalam rumah
“Ada
apa Nak datang ke rumah saya? Apa ada masalah yang pernah saya lakukan, Nak?”
“Bukan,
Pak. Sebenarnya saya mau mengembalikan dompet bapak ini. Tapi maaf Pak
sebelumnya” sembari memberi dompetnya.
“Terima
kasih ya, Nak sudah menemukan dompet saya ini. Tapi maaf sebelumnya untuk apa
ya, Nak bapak gak ngerti?”
“Sebenarnnya
saya sudah memakai beberapa uang itu untuk membeli obat untuk Ibu saya yang
sedang sakit di rumah. Saya sebenarnya gak berniat memakainya tapi karena Ibu
saya membutuhkannya Pak.” *sebenarnya ini
sama aja kan mencuri*
“Jujur
baru kamu orang yang saya temui memberitahu kalau mengambil uang. Hahahhaaa (tertawa ceritanya) masa ada orang mau
nyuri izin dengan orang yang mau dimaling. Pasti gak ada itu, Nak. Kalaupun ada
pasti penjara itu udah lama penuh terus polisi gak ada gunanya lagi dong. Tapi saya
menghargai kejujuranmu mengakui apa yang telah kamu lakukan. Kamu harus
mengikuti syarat supaya saya memaafkan kamu.”
“Syarat?
Apa itu, Pak?” tanpa pikir panjang ia menanyakan syarat agar ia bisa dimaafkan.
“Kamu
harus menikahi putri saya yang buta, tuli dan lumpuh, kalau kamu tidak mau ya
tidak apa-apa tapi ingat masalah ini ya, Nak.”
“Saya
dijebak, tapi tidak apalah karena ini semua salah saya telah memakai uang yang
bukan punya saya.” Pikir sang pemuda dalam hatinya.
“Baiklah,
Pak saya menerima syarat yang bapak ajukan.”
“Nah,
itu anak saya.” Menunjuk sang anak yang mendekat ke arah mereka sambil
membawakan minum, tapi ada yang aneh loh anaknya itu gak ada cacatnya. Ia cantik,
bisa berjalan, bisa melihat dan bisa mendengar tampaknya.
“Itu
anak bapak? Bukannya bapak bilang kalau anaknya...”
“Ya,
itu untuk mengelabui kamu, pemuda. Tapi ia memang buta akan kejahatan dunia,
tuli akan segala bisikan jahat dan lumpuh akan perlakuan dunia yang
mengharuskan ia berada ditangan orang baik.”
Dari situ ia kembali ke rumahnya, memberi ibunya
obat yang tadi telah dibeli dan memberitahukan kejadian yang ia alami. Sungguh
ibunya sebenarnya sedih mendengar anaknya tidak jujur namun adapula kebahagian
yang ia dengar sang anak menemukan pendamping hidupnya yang bahkan lebih cantik
dan lebih baik dari gadis yang dulu pernah ia suka.
(Cerita ini karangan saya sendiri loh tapi dengan
ide dan penambahan bumbu dari kehidupan-kehidupan sekarang ini)
Nah,
sekarang pilah-pilah dulu ya :
1. Kejujuran
itu penting tapi sebaiknya kalau jujur itu harus dipertahankan apapun yang
terjadi. Kalaupun itu keadaan terdesak kita harus jujur loh, karena jujur itu
berhubungan dengan etika seseorang dan hubungan kita dengan Pencipta kita
teman-teman.
2. Kalau
mau memaafkan jangan ada syarat yahhh, kenapa? Ya kalau ada syarat itu bukan
memaafkan loh tapi mengganti rugi lagipula masa kita gak ikhlas memaafkan. Memaafkan
itu harus ikhlas dan juga nenek moyang kita bangsa yang pemurah dan pemaaf. Agama
juga mengajarkan saling memaafkan teman-teman.
3. (Ini kayaknya gak ada hubungan
dengan etika) Nah, kalau kita ditolak sama seseorang
mesti gampang move on dong. Masa kita berkelut dengan masa lalu, kan itu
menyuramkan masa depan kita. Masa setiap kita mau melangkah mesti kepikiran
sama seseorang itu. Masa lalu adalah masa lalu, biarlah masa lalu menjadi
pengalaman terbaik dan menjadi pelajaran dan guru kita ke depannya.
4. Kebaikan
itu akan dibalas kebaikan diakhirnya dan kebaikan itu mesti kita tunjukan ke
semua orang.
Maaf kalau enggak ada hubungan dengan Etika yah
:)
Sumber nya: dari google gambar lainnya karangan sendiri
Sumber nya: dari google gambar lainnya karangan sendiri